Wednesday, 13 February 2013

POTRET KUSAM PENDIDIKAN TINGGI KITA


Oleh : Symphati Dimas Rafi’i
Agak miris melihat kondisi pendidikan saat ini. Institusi pendidikan tidak ubahnya seperi pencetak mesin ijazah. Agar tetap banyak peminatnya, sebagian memberikan iming-iming : lulus cepat, status disetarakan, dapat ijazah, absen longgar, dsb.
(WALAUPUN TIDAK SEMUA, YANG PASTI BANYAK YANG SUKA...)
Apa yang bisa diharapkan dari pendidikan kering idealisme seperti itu. Ki hajar dewantoro mungkin bakal menangis mellihat kondisi pendidikan saat ini. Bukan lagi bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa (seperti yang masih tertulis di UUD 45 alinea keempat, aduh!), namun lebih mirip mesin usang yang mengeluarkan produk yang sulit diandalkan kualitasnya. Pendidikan lebih diarahkan pada menyiapkan tenaga kerja "buruh" saat ini. Bukan lagi pemikir-pemikir handal yang siap menganalisa kondisi. Fenomena ini ditambah dengan sistem pendidikan hari ini yang dipadati oleh kegiatan akademik yang berlebihan seperti tugas-tugas terstruktur yang hampir tiap dosen pengampu mata kuliah memberikannya dan metode pembelajaran dikelas yang memaksakan mahasiswa untuk dapat memahami materi perkulihan yang banyak hanya dengan satu atau dua kali pertemuan. Sistem yang seperti itu semakin memangkas waktu mahasiswa untuk dapat berkegiatan di luar akademik seperti berorganisasi.
Semuanya ini hanya demi satu kata : IJAZAH! ya, ijazah, ijazah, ijazah yang diperlukan untuk mencari pekerjaan. Yaa walaupun hanya jadi buruh !!
SEKALI LAGI...!
(WALAUPUN TIDAK SEMUA, YANG PASTI BANYAK YANG SUKA......)
Sangat minim idealisme untuk mengubah kondisi bangsa yang morat-marit ini, sangat minim untuk mengajarkan filosofi kehidupan, dan sangat minim pula dalam mengajarkan moral. Pendidikan yang ada hanya mengajarkan tentang bagaimana bersaing di dunia kerja.
Para benih pemikir handal (mahasiswa) saja sudah bermental pekerja yang disebabkan dengan sistem pendidikan yang tidak layak dijalani ini, sudah jarang kita menjumpai idelisme yang tinggi dari mahasiswa saat ini. Padahal seperti yang dikatakan oleh Soe Hok Gie “bidang seorang sarjana adalah berpikir dan mencipta yang baru” namun kenyataannya tidak demikian, bidang seorang sarjana saat ini adalah “ bekerja dan terus disuruh”. Yaa demikianlah yang ditawarkan oleh banyak perguruan tinggi di Indonesia, salah satunya adalah perguruan tinggi kita yang tercinta ini.

0 komentar:

Post a Comment