Monday 2 September 2013

Sistem Komite



Tentang Sistem Komite
 (Front Mahasiswa Nasional)

Salah satu kendala yang masih sering dihadapi dalam berorganisasi adalah belum mampu diterapkannya prinsip Sistem Komite, hingga membuat pekerjaan di organisasi lebih banyak tergantung pada segelintir orang termaju semata

Secara umum dalam berorganisasi dikenal 4 (empat) prinsip organisasi, yaitu Garis Massa, Sentralisme Demokrasi, Kepemimpinan Kolektif dan Sistem Komite. Tulisan kali ini, lebih menyoroti tentang persoalan Sistem Komite.

Arti Penting Sistem Komite
Sistem Komite adalah adalah wujud kongkret dari pelaksanaan praktek Sentralisme Demokrasi dan Kepemimpinan Kolektif. Sistem komite mengharuskan setiap anggota terlibat dalam bagian-bagian kerja yang ada di dalam organisasi dengan tetap mempertimbangkan kemampuan masing-masing individu. Dengan demikian, pekerjaan organisasi bisa berjalan secara efektif karena terdistribusinya pekerjaan secara merata dan semuanya memiliki peran atau tanggung jawab atas pekerjaan yang diemban bersama.


Hingga dalam sistem komite dikenal tanggung jawab kolektif dan tanggung jawab individu. Tanggung jawab kolektif, berarti bahwa kolektif bertanggung jawab penuh atas pekerjaan yang telah dirumuskan dan bersama-sama untuk mensukseskan pekerjaan tersebut. Sementara tanggung jawab individu, artinya bahwa setiap individu yang memiliki jenis pekerjaan yang harus diembannya. Namun bukan berarti menekankan egoisme kerja, justru sebaliknya sangat dibutuhkan pertalian yang erat antar sesama kawan dalam hal saling mengingatkan dan tanggap terhadap kendala-kendala yang dihadapi setiap anggota komite ketika melaksanakan pekerjaan yang dilakukan untuk dicari segera solusinya.

Pelaksanaan sistem komite bukanlah profesionalisme kerja atau mendorong orang menjadi ahli-ahli khusus (meskipun masing-masing anggota selalu memiliki potensi-potensi tertentu) di dalam organisasi. Karena organisasi akan tetap berupaya untuk menempa setiap anggotanya untuk bukan saja sebagai seorang propagandis atau organizer semata. Tetapi, menjadi seorang propagandis sekaligus juga organizer. Bukan hanya pekerja politik ulung, tetapi juga seorang organisatoris yang handal. Karena, kita dibekali dengan teori dan praktek kerja massa komperhensif. Hal ini juga untuk mencegah agar tidak terjadi monopoli pekerjaan tertentu oleh segelintir orang karena terus di pekerjaan di salah satu komite kerja secara permanen. Untuk itu, sistem rolling kerja sah-sah saja dilakukan dan tidak ada kata mengeluh untuk bekerja di komite kerja ini atau itu. Karena kita bukan pekerja dengan mental upahan, tetapi pekerja massa dengan semangat sukarela (voluntirisme) yang mengabdi sepenuhnya kepada perjuangan massa dan memiliki militansi yang tinggi.
  
Dalam sistem Komite, pimpinan harus menjadi bagian langsung dari komite kerja yang ada. Tidak ada perlakuan khusus bagi pimpinan. Pimpinan tidak sekedar menuangkan ide-ide briliannya dari hasil resapan massa, apalagi jika bertindak layaknya seorang juragan atau begawan yang suka ongkang-ongkang kaki dengan petuah-petuah bijaknya. Tetapi, pimpinan juga harus mampu memimpin pekerjaan dalam ranah praktek. Karena pimpinan setara dengan anggota ketika melaksanakan pekerjaan, sekaligus untuk  menjalin hubungan yang erat antara pimpinan dengan anggota ataupun massa. Hal ini adalah cerminan dari langgam kerja “memadukan teori dan praktek” serta “bertalian erat dengan massa”. Dalam bekerja, pimpinan harus berpegang pada prinsip “jadilah teladan, bukan mencari teladan”. 

Anggota juga berperan untuk mendukung, membantu, hormat pada pimpinan (bukan ketertundukan secara buta atau patron), memberi laporan, dan menjaga kelancaran pertemuan demi lancarnya penegakkan sistem komite. Kemudian juga penting untuk menjaga hubungan antar sesama komite kerja. Karena kita tidak mengenal istilah departementalisme yang melihat setiap pekerjaan saling terpisah dan tidak menindahkan semangat kepemimpinan kolektif. Tapi kita membawa semangat persatuan-kritik-persatuan. Artinya kita selalu menekankan adanya “kritik otokritik” sebagai langgam kerja dalam penerapan sistem komite. Yang salah harus diakui dan dibetulkan, yang benar harus ditingkatkan kemajuannya dalam praktek. Inilah ciri perkawanan sejati yang membedakan dengan perkawanan ala borjuasi yang setiap saat berpotensi untuk sikut-menyikut dan selalu memecah belah persatuan ataupun bersatu atas dasar-dasar tidak prinsipil alias persatuan karena kedekatan emosionil semata.   

Jika mendalami lebih jauh tentang arti penting sistem komite tersebut, mungkin kita perlu lebih bercermin lebih jauh atas penerapan sistem komite yang selama ini kita lakukan. Dasar yang telah kita miliki inilah yang membedakan ciri organisasi bertipe demokratis nasional dengan organisasi yang menerapkan sistem kerja fungsional atau sistem kerja yang terpisah-pisah dan rentan atas konflik internal. Pengalaman telah membuktikan bahwa dengan menggunakan sistem kerja fungsional, kepemimpinan politik dan organisasi sulit ditegakkan.  

Bagaimana Menerapkan Sistem Komite?
Berikut ini sejumlah pengalaman penting tentang bagaimana menerapkan cara kerja sistem komite yang telah terbukti mampu memimpin dan memenangkan perjuangan massa, yaitu :

  1. Jadilah Pelatih Sepakbola yang handal, hal ini lebih ditujukan pada peran pimpinan (ketua/koordinator/sekretaris) dalam memimpin komite kerja yang ada. Prinsipinya, “dalam pekerjaan memimpin bukan saja menentukan pedoman/seruan umum atau garis politik semata, tetapi juga harus menetapkan cara kerja yang tepat”. Prinsip ini jika tidak diterapkan akan menimbulkan persoalan dalam kenyataan konkret yang dihadapi. Dalam pelaksanaannya di lapangan praktek, pimpinan atau organ atasan harus bersandar sepenuhnya pada anggota-anggotanya atau organ bawahannya. Pimpinan atau organ atasan harus memahami betul situsai perkembangan anggota-anggotanya atau organ bawahan hingga bisa memberikan perlakuan yang tepat atas arahan-arahan, pekerjaan baik politik dan organisasi. Harus memahami bagaimana memberikan propaganda yang tepat di kalangan anggota komite atau organ bawahan, bagaimana menjalin hubungan dengan anggota komite atau organ bawahan, hingga pada pola-pola koordinasi dan penyelenggaraan rapat. Sebaliknya anggota komite atau organ bawahan harus secara kompak melaksanakan arahan atau petunjuk dari pimpinan atau organ atasan. Disinilah prinsip sentralisme demokrasi berlaku. Ibaratnya, seorang pelatih sepakbola dan timnya. Pelatih sepakbola yang handal adalah pelatih yang tahu strategi dan taktik yang tepat. Tahu kapan menyerang dan tahu kapan harus bertahan. Sekaligus mampu memotivasi timnya untuk mencapai kemenangan dalam pertandingan. Sebaliknya jika tim tersebut tidak mengindahkan apa yan diinstruksikan oleh pelatih, maka tim tersebut bisa kehilangan pola baik dalam menyerang ataupun dalam bertahan.

  1. Letakkan segala persoalan di atas meja, jika ada persoalan segeralah adakan rapat atau dibahas di kalangan komite kerja. Jangan memendam persoalan atau berbicara di belakang. Letakkanlah persoalan tersebut di atas meja untuk didiskusikan dan buatlah beberapa ketentuan, maka kita akan menemukan pemecahan dari persoalan tersebut. Karena jika tidak seperti itu, persoalan-persoalan tersebut akan terus berlarut-larut dan tidak ada ujung penyelesaiannya. Disinilah pentingnya pimpinan komite atau organ atasan harus bertalian erat dengan anggota komite atau organ bawahan. Tidak ada yang lebih penting daripada saling mengerti, saling bantu-membantu dan persahabatan antara pimpinan komite atau organ atasan dengan anggota komite atau organ bawahan

  1. Saling tukar informasi, ini berarti bahwa setiap anggota komite kerja harus saling memberitahu dan tukar informasi/pendapat mengenai keadaan yang diketahui. Hal ini dimaksudkan agar kemudian setiap anggota komite bisa memiliki pengetahuan yang sama atas pengetahuan baik dalam hal-hal teoritis atau mengenai perkembangan situasi yang terjadi.

  1. Hal-hal yang tidak dimengerti atau tidak diketahui harus ditanyakan kepada anggota komite atau organ bawahan, serta jangan secara gampang menyatakan setuju atau menolak, terkadang ketika kita telah menetapkan suatu keputusan kemudian kita menunda untuk mengeluarkannya karena ada beberapa persoalan yang belum jelas dan perlu meminta masukan dari anggota komite atau organ bawahan. Untuk hal ini, jangan berlagak sok tahu, padahal tidak mengetahui duduk persoalannya. Dan untuk itu, seorang pimpinan komite kerja atau organ atasan, jangan malu untuk bertanya kepada anggota komite atau organ bawahan dan harus cermat mendengar pendapat tersebut. Jadilah murid dahulu, baru menjadi guru. Mintalah pendapat dari anggota komite atau organ bawahan, baru mengeluarkan keputusan. Hal ini agar keputusan yang diambil juga mencerminkan aspirasi anggota komite atau organ bawahan. Selanjutnya, pendapat dari anggota komite atau organ bawahan ada yang tepat dan ada juga yang mungkin tidak tepat. Pendapat-pendapat tersebut setelah didengar atau diterima kemudian di analisa oleh pimpinan atau organ atasan. Jika pendapat tersebut benar maka harus dituruti. Jika salah, wajib mendapatkan kritikan. Untuk itu, sangat penting bagi organ bawahan atau anggota komite untuk secara rutin mengajukan laporan atau pendapat atas pekerjaan atau keputusan yang dikeluarkan pimpinan atau organ atasan.

  1. Belajar main piano, dalam bermain piano, sepuluh jari kita harus aktif bergerak. Tetapi, jika kesepuluh jari tersebut dimainkan secara serentak, tentu saja tidak akan menghasilkan lantunan melodi yang indah. Untuk mendapatkan lantunan musik piano yang baik, kesepuluh jari tersebut harus bergerak secara berirama dan saling terkoordinasi. Artinya, di dalam setiap komite kerja memiliki pekerjaan-pekerjaan yang utama atau pokok dan pekerjaan-pekerjaan lainnya selain pekerjaan pokok tersebut. Dan semua itu tetap harus menjadi perhatian dari setiap komite kerja. Kita tidak boleh hanya memperhatikan beberapa masalah saja, serta mengesampingkan yang lainnya. Dimana terdapat persoalan, disitulah kita tekan jari kita. Artinya komite kerja harus tahu bagaimana mengerjakan dan memecahkan persoalan atas pekerjaan-pekerjaan pokok dan pekerjaan-pekerjaan lainnya. Inilah maksudnya memainkan irama jari dan saling berkoordinasi

  1. Cengkram erat-erat, pekerjaan-pekerjaan pokok dalam komite kerja bukan hanya dicengkram, tetapi harus dicengkram erat-erat. Segala sesuatu hanya bisa tercengkram bila dicengkram erat-erat tanpa mengendorkannya sedikit pun. Mencengkram tidak erat, sama saja dengan tidak mengcengkram. Apalagi jika sama sekali tidak mencengkram. Dengan kata lain, komite kerja bukan saja memahami akan pekerjaan pokok yang harus dikerjakan, tetapi bagaimana pekerjaan tersebut secara sungguh-sungguh dikerjakan dengan tekun dan pantang menyerah

  1. Memiliki angka di kepala, artinya komite kerja juga harus memaparkan aspek kuantitas dari keadaan atau masalah dan mengadakan analisas atas kuantitas dasar tersebut. Setiap kualitas tercermin dalam kuantitas tertentu dan tanpa kuantitas tidak mungkin ada kualitas. Komite kerja harus memiliki catatan atas angka-angka, statistik, prosentase atau hal-hal apa saja yang berkembang. Misalnya, bagaimana massa menerima propaganda atau garis politik kita harus dihitung berapa orang yang kita beri propaganda, bagaimana tanggapannya, berapa jumlah massa yang terlibat dalam aksi kita dan sebagainya. Hal ini untuk menghindari kita dari subjektifisme ketika memutuskan sesuatu yang tidak memiliki dasar (selain aspek teoritis). Untuk itu, komite kerja tidak bisa tidak untuk terus melakukan investigasi atas hal-hal tersebut.

  1. Siapkan rapat jauh-jauh hari dan bahan-bahannya, Jika ingin mengadakan rapat, sebaiknya diberitahukan dahulu kepada setiap anggota komite. Hingga, setiap orang tahu apa yang akan dibahas dan yang akan dipecahkan serta dapat mengadakan persiapan sebelumnya. Sering kali dalam mengadakan selalu terburu-buru dilakukan atau dadakan tanpa mempersiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan seperti laporan dan rancangan-rancangan resolusi. Bahkan jika perlu tidak buru-buru mengadakan rapat bila belum ada persiapan

  1. Bicarakan hal-hal yang pokok serta adminstrasi yang sederhana, dalam rapat diupayakan untuk membahas hal pokok yang terlebih dahulu dan menghindari perbincangan-perbincangan yang membuang-buang waktu, hingga membuat rapat berlangsung terlalu lama. Ucapan atau paparan harus tegas dan ringkas, begitu juga terkait dengan laporan atau resolusi

  1. Beri perhatian untuk bersatu dan bekerjasama dengan kawan yang berbeda pendapat, berbeda pendapat dalam organisasi adalah hal yang biasa. Setelah melalui kebebasan berdiskusi dan telah ditetapkan sesuatu dalam rapat menjadi sebuah keputusan, maka semua anggota komite harus menjalankan keputusan tersebut, terlepas benar atau salah nantinya. Hal itu untuk tetap menjaga kesatuan aksi. Terkadang, kita merasa pendapat kita sudah benar namun keputusan berkata lain. Untuk itu, kawan tersebut harus kita kasih pengertian untuk tetap melaksanakan keputusan tersebut, agar persatuan dan kerjasama tetap terjaga. Jika pun nanti pendapatnya tersebut terbukti benar, ketika putusan yang dijalankan ternyata tidak sesuai dengan kenyataan yang konkret terjadi, maka komite harus segera melakukan otokritik dan mempertimbangkan kembali pendapat dari kawan tersebut untuk diambil keputusan baru.

  1. Tidak Berlagak Congkak, tetapi rendah hati, bagi pimpinan hal ini merupakan prinsip dan juga syarat penting dalam menjaga persatuan. Bahkan bagi mereka yang mungkin tidak pernah membuat kesalahan dan cukup berhasil dalam pekerjaan-pekerjaan yang besar. Pimpinan harus mencegah perbuatan-perbuatan yang mengagung-agungkan atau menyanjung-nyanjugn dirinya. Harus tetap berpegang pada prinsip “hidup sederhana dan giat bekerja keras”

  1. Tarik garis pemisah yang tegas, jika memang salah katakan salah, jika benar katakan benar. Jika berhasil, katakan berhasil dan jika gagal katakan gagal. Dengan demikian kita bisa mengetahui sekaligus mempelajari letak kekurangan atau kelemahan kita dalam pekerjaan ataupun perlu meningkatkan taraf pekerjaan yang ke tingkat yang lebih maju.


0 komentar:

Post a Comment